SDN 5 NISAM

Koneksi Antar Materi Modul 3.1

Koneksi Antar Materi Modul 3.1


Assalamualaikum wr.wb

Perkenalkan, saya Alawiyah, S.Pd., dari SD Negeri 5 Nisam Kabupaten Aceh Utara, calon Guru Penggerak Angkatan 11 tahun 2024. Pada kesempatan yang berharga ini, saya ingin berbagi pandangan mengenai pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin, khususnya dalam konteks pendidikan. Sebelum memulai, mari kita renungkan sebuah kalimat bijak yang menggugah hati kita semua:

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga adalah yang terbaik.” – Bob Talbert

Kalimat ini menggambarkan bahwa pendidikan tidak hanya tentang mengajarkan pengetahuan, tetapi juga nilai-nilai kehidupan yang akan membentuk karakter anak-anak kita. Pendidikan sejatinya merupakan upaya sadar yang kita lakukan untuk membimbing, mengarahkan, dan mempersiapkan anak didik menjadi individu yang utuh—berpengetahuan, berakhlak, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Sebagai lembaga moral, sekolah adalah tempat di mana murid-murid kita tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga belajar tentang nilai-nilai dan etika yang akan mereka bawa ke masa depan. Para pendidik di sekolah memegang peran penting dalam mewujudkan ini, bukan hanya melalui pembelajaran akademis, melainkan juga melalui teladan sehari-hari. Seorang pendidik yang bijaksana adalah sosok yang dapat menjadi panutan, bukan hanya bagi para murid, tetapi juga bagi seluruh warga sekolah dan masyarakat di sekitarnya.

Dalam menjalankan tugas sebagai seorang pendidik dan pemimpin pembelajaran, kita sering kali dihadapkan pada berbagai keputusan. Setiap keputusan yang diambil, khususnya yang menyangkut murid, harus selalu didasarkan pada nilai-nilai kebajikan. Keputusan-keputusan tersebut bukan hanya akan mencerminkan integritas kita sebagai guru, tetapi juga akan menjadi rujukan bagi seluruh warga sekolah.

Seperti yang dikatakan oleh Hegel:

“Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.”

Pernyataan ini menegaskan bahwa pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, melainkan seni yang mendidik manusia agar memiliki etika dan moral yang baik. Anak-anak yang kita ajar hari ini adalah cerminan dari bangsa kita di masa depan. Oleh karena itu, tugas kita sebagai guru adalah menanamkan nilai-nilai kebajikan yang akan membentuk generasi penerus yang cerdas, berkarakter, dan memiliki integritas.

Koneksi Materi Modul 3.1 dengan Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai Kebajikan

Setelah memahami beberapa hal di atas, berikut ini adalah tinjauan mengenai koneksi antar materi dalam Modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak terkait dengan pengambilan keputusan yang berbasis nilai kebajikan.

1. Kaitan Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin

Filosofi Ki Hajar Dewantara, terutama semboyan Pratap Triloka yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah memberi semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan), memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seorang pemimpin, terutama guru, harus mengambil keputusan.

Dalam konteks pengambilan keputusan, semboyan ini mengajarkan kita bahwa seorang pendidik harus mampu menjadi teladan di semua aspek. Kita harus memberi contoh melalui tindakan, memberikan semangat dan motivasi dari tengah, serta mendukung dari belakang untuk memastikan murid kita berkembang. Nilai-nilai ini selaras dengan prinsip-prinsip dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid, memastikan bahwa setiap keputusan diambil dengan pertimbangan matang dan dengan tujuan membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia.

2. Pengaruh Nilai-Nilai Kebajikan Terhadap Prinsip-Prinsip Pengambilan Keputusan

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pendidik sangat mempengaruhi prinsip yang diambil dalam setiap keputusan. Nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, dan empati akan tercermin dalam setiap kebijakan yang diambil. Pendidik yang memiliki kesadaran diri (self-awareness) dan pengelolaan diri (self-management) yang baik, serta kepekaan terhadap lingkungan sosial (social awareness), akan mampu mengambil keputusan yang tepat, berpihak pada murid, dan berlandaskan kebajikan.

Sebagai contoh, ketika dihadapkan pada dilema etika, pendidik dengan nilai kebajikan yang kuat akan lebih mudah mengambil keputusan yang bijaksana dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. Keterkaitan Pengambilan Keputusan dengan Coaching

Dalam proses pembelajaran, keterampilan coaching sangatlah penting. Melalui bimbingan yang tepat, seorang pendidik dapat membantu muridnya menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Coaching juga memberikan ruang bagi pendidik untuk melakukan refleksi, menilai kembali keputusan yang telah diambil, serta mengevaluasi apakah keputusan tersebut telah berpihak pada murid dan menciptakan lingkungan belajar yang positif.

Coaching memberikan pemahaman bahwa pengambilan keputusan tidak hanya tentang "memecahkan masalah", tetapi juga bagaimana membantu murid berkembang melalui proses pembelajaran yang mereka alami. Dengan teknik coaching, kita tidak menggurui, tetapi memberikan kesempatan bagi murid untuk mengidentifikasi masalahnya sendiri dan mencari solusinya.

4. Pengaruh Pengelolaan Sosial-Emosional Terhadap Pengambilan Keputusan

Kemampuan seorang pendidik dalam mengelola aspek sosial-emosional sangat mempengaruhi kualitas keputusan yang diambil. Guru yang memiliki kesadaran emosi yang baik akan lebih peka terhadap kebutuhan murid dan dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijak.

Ketika menghadapi dilema etika, guru yang memiliki empati dan simpati akan lebih mampu mempertimbangkan berbagai sudut pandang dan mengambil keputusan yang mengutamakan kebaikan bersama. Selain itu, melalui proses refleksi dan evaluasi, pendidik dapat menilai kembali keputusan yang diambil, serta memastikan keputusan tersebut telah sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan etika yang berlaku.

5. Pentingnya Studi Kasus dalam Pengambilan Keputusan Berbasis Etika

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral dan etika akan semakin mengasah kemampuan pendidik dalam mengambil keputusan yang bijaksana. Dengan mengkaji kasus-kasus nyata, kita dapat melatih ketajaman berpikir serta memperjelas perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral.

Keputusan yang diambil akan lebih tepat sasaran, mengakomodir kebutuhan murid, dan menciptakan lingkungan yang aman serta mendukung proses belajar yang optimal.

6. Dampak Pengambilan Keputusan Terhadap Lingkungan Sekolah

Keputusan yang tepat dan bijaksana akan berdampak besar pada terciptanya lingkungan sekolah yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Dengan lingkungan seperti ini, murid dapat belajar dengan lebih baik dan mengembangkan kompetensinya tanpa merasa tertekan.

Sebaliknya, keputusan yang kurang bijak dapat menciptakan ketidaknyamanan, bahkan mempengaruhi iklim sekolah secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi setiap pendidik untuk selalu mengambil keputusan yang berlandaskan nilai-nilai kebajikan, moralitas, dan etika.

 

Penutup

Sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran, tanggung jawab kita tidak hanya terbatas pada pengajaran akademis. Lebih dari itu, kita bertanggung jawab untuk membentuk karakter generasi penerus yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara moral. Melalui pengambilan keputusan yang bijak dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif dan mendukung perkembangan murid-murid kita.

Mari kita terus menginspirasi dan menjadi teladan bagi murid-murid kita, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang berintegritas, berbudi pekerti, dan bermanfaat bagi bangsa dan negara.

Wassalamualaikum wr.wb.

 

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama
SDN 5 NISAM